3/18

Memang kenapa bila aku perempuan?

Angin kemana kan mengarah
Membangun jiwa yang haus cerita
Keinginan mengetahui dunia
Mengabaikan rasa cinta dalam jiwa

Semua berawal dari mimpi
Hanya kita yang bisa mewujudkan
Sampai dimana batasnya pengorbanan
Sedang pengabdian tak pernah terhenti

Aksara yang menari di atas awan
Cukup jelas menuliskan harapan
Memang kenapa bila aku perempuan?
Aku tak mau jadi budak kebodohan

Cinta bicara halusnya perasaan
Hadir tanpa diundang dan dipaksakan
Memang kenapa bila aku perempuan?
Aku tak mau jadi budak kebodohan

Biduk ilalang pun berlagu
Memberi restu pada harapanmu
Pandanganmu jauh luas membentang
Meyakini habis gelap pasti terang
Memang kenapa bila aku perempuan?
Aku tak mau jadi budak kebodohan

~( lirik lagu by Melly Goeslaw)

Kali ini izinkan kita untuk membicarakan aku, oh bukan..
Maksud ku "perempuan".

" Perempuan itu tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh nanti kedapur juga"

" Perempuan itu harus bisa semua pekerjaan rumah, mulai dari memasak-mencuci-menyapu-menyetrika-dan setumpuk pekerjaan rumah tangga lainnya"

Itu adalah 2 dari banyak pernyataan yang membuat perempuan harus berada pada kodrat nya. Satu hal yang membuat ku bingung, apakah paradigma masyarakat mengenai perempuan harus seperti itu?

Dari kecil, ibu selalu mengatakan kepada abang dan adik laki-laki ku bahwa pendidikan itu penting, hal yang sama juga berlaku untuk ku. Hingga kami selalu berpacu dalam prestasi, aku akan sangat kesal ketika nilai ku di bawah abang ku, atau adik ku akan sedih seharian jika dia kalah dari kakaknya atau abang ku yang akan menyombongkan diri ketika nilai nya paling tinggi. Tidak peduli laki-laki / perempuan bagi ibu ku pendidikan yang tinggi hak semua orang.

Maka bagi ku pun sama, pendidikan adalah hak semua orang, walaupun nanti dapur adalah "kodrat" ku, aku tetap ingin menelan semua ilmu-ilmu yang ku bisa, karna aku ingin menjadi madrasah pertama yang sempurna untuk anak ku kelak.

Apakah kriteria ideal seorang perempuan untuk menjadi istri harus pintar memasak? Mencuci? Menyapu? Berbenah rumah?. Jika benar seperti itu, lalu apa beda nya seorang istri dengan asisten rumah tangga?

Di rumah ku, aku selalu berbagi tugas dengan saudara laki-laki ku, bisa saja aku yang mencuci lalu dia yang memasak. Tidak ada pembatasan tugas hanya karena dia laki - laki atau aku perempuan.

Di rumah ku, akan lebih sering aku begadang menonton bola bersama ayah di temani Indomie buatan ayah yang selalu jauh lebih enak dari buatan ibu. Untuk urusan memasak ayah koki terbaik keluarga kami. Ah sepertinya ibu ku tidak menjalankan kodratnya.

Di pagi hari akan lebih sering ditemui adik laki-laki ku yang senang berada di dapur membuat kue atau cemilan sederhana ketika aku lebih memilih membersihkan saluran air bersama ayah. Ah aku lupa kodrat ku.

Atau keluarga ku lupa akan "kodrat".

Menuju Padang.
3/9/17
#septemberday03

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Apa Kabar Rindu?" @Sen

Resensi novel "Bidadari Untuk Dewa" @Asma Nadia

12 Pesan Untuk Mu di Tanggal 30