1/18

 Petang begini aku teringat kau. Aku merasa telah menemukan mu pada aroma yang sangat kukenali. Tetapi aku tak melihat rautmu, segala lekuk wajahmu. Barangkali kau berada pada diri orang lain, atau kita yang saling memunggungi.
 Rasa rindu yang kadang-kadang menyebalkan itu seperti bayangan atau suara orang yang berada ditempat yang jauh. Meski tidak bisa terlihat oleh mata, tetapi ketika rindu datang tiba-tiba sering kali hati merasa kesal olehnya.

                

Dermaga ku.
Kini lengang.
Sampan mu sudah menjauh berkilo-kilo meter.
Dengan lantang nya.
Kau berteriak
" Selamat tinggal "
Tanpa menghiraukan jejak yang sudah kau ciptakan.
Aku merunduk tanpa kata. Menahan air mata di pelupuk mata. Menahan keegoisan di ujung kepergian mu. Menahan rindu sedalam-dalam nya pada dermaga yang pernah kau singgahi.

 Kemudian kita berpisah sebab waktu mulai mencari hati-hati yang lain. Terjemahan ini kita rasakan sebagai keharusan demi mewujudkan cita dan mimpi masing-masing. Tak hentinya kau setia mengingatkan kewajiban ku sebagai seorang manusia. Penuh dengan kehalusan. Aku beruntung karena saat itu aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama mu. Kau berikan kekuatan agar bisa bertahan dengan prinsip yang  kita tulis dan yakini bersama. Adalah kesendirian bukan berarti menjadi pelemah atau ketidak berdayaan. Karena kita tahu bahwa banyak hal yang harus terlebih dahulu kita cari, pelajari, dan hayati tentang arti kehidupan yang sebenarnya. Terimakasih, teman terbaik ku.

( Panji Ramdana 2017 )


Teruntuk rindu yang tidak tahu diri
Ke ikhlasan datang karena doa
Ketegaran datang karena kehilangan

Padang
1/9/17
#septemberday01

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Apa Kabar Rindu?" @Sen

Resensi novel "Bidadari Untuk Dewa" @Asma Nadia

12 Pesan Untuk Mu di Tanggal 30