Resensi Buku "Apa Kabar Rindu?" @Sen

Rasanya setiap hari hati ingin bercakap denganmu. Meluapkan segala rindu atas cinta yang tertahan. Menghilangkan segala gundah yang sesakan dada. Kau tahu, hampir mati hati berjuang bertahan memikul rasa ini. 

Namun setelah dipikir lagi, inilah yang terbaik untuk kita, tetap diam memendam rasa, untuk kuat tak bertegur sapa, atau sekedar bertanya-tanya, untuk sesuatu yang tak perlu ditanya. 

Karena jika memang berjodoh, ini akan jadi butiran noda, perusak cinta yang hati idamkan. Bukankah hati ingin cinta suci tanpa noda?

Namun jika memang bukanlah jodoh, ini tetap jadi butiran noda. Perusak cinta yang dihalalkan. Mengusik ketentraman hubungan bersama dia yang ditakdirkan. 

Buku ini sungguh menginspirasi. Berapa banyak diantara kita memilih hijrah dari kelam nya pacaran, namun masih saja keliru memahami makna dari rasa dan cinta itu sendiri. Memilih cinta dalam diam katanya, namun tanpa sadar menggeser posisi Allah yang seharus nya berada di urutan pertama dalam hati. 

Detik paling bodoh dalam hidup adalah memikirkan orang yang tak memikirkan kita. Merindukan seseorang yang boleh jadi malah sedang merindukan orang lain. Sungguh betapa merugi nya, ketika cinta dalam diam yang kita agungkan, yang kita harap seperti Ali-Fatimah justru menjadikan kita lalai dalam memupuk cinta kepada Allah. Sungguh aku tidak mencela cinta dalam diam. Namun alangkah lebih baik untuk takut kepada Allah atas setiap rasa dalam dada. 

Apakah cinta harus di ungkapkan? Atau ketergesaan takut kehilangan? Lalu dengan berani meminta sebuah komitmen, sebagai bentuk booking jodoh. Padahal keberanian dan kesiapan untuk menikah belum ada. 
Alangkah lebih baik segerakan diri menghapus rasa. Sebelum akhirnya rasa itu menjadi bumerang untuk diri. Membiarkan  hati terjebak sama saja dengan mengukir  sajak kenangan dalam hati. Semakin lama terjebak, kenangan itu semakin sulit dihapus. Semakin di biarkan, perang itu kian berkecamuk dan sulit dihentikan.  Maka berhentilah dari sekarang. Bersihkan hati dari cinta yang tak semestinya. Biarkan cinta itu utuh hanya untuk dia yang kelak menjadi pasangan halal. 

Menurut ku, bab terbaik dalam buku ini adalah "Bab 4 menghapus rasa"
Bagaimana cara mengendalikan rasa, hingga mampu barakhir pada "Jodoh dan pasrah". Kadang tanpa sadar ketika sudah memutuskan hijrah dari pacaran, kita masih melakukan aktivitas yang bermuara ke arah sana walaupun tanpa embel-embel komitmen dan deklarasi "pacaran". Pertemuan berdua yang di rencanakan, bercengkrama ria di sosmed, bahkan menyebut dan memaksa dia yang di cinta  dalam meminta kepada Tuhan. 

Bab ini kemudian mengajarkan kita bagaimana mengelola rasa dengan seharusnya, ketika rasa itu datang mengusik

1. Takutlah kepada allah (QS. An-Nazi'at 37
2. Perbanyak doa (QS. Al Baqarah 186)
3. Banyak berzikir (QS.  Al-Ubudiyyah 26) 
4 menuntut ilmu (HR.Bukhari Muslim
5. Berkarya
6. Menjaga pandangan (QS. An-Nur 30-31
7. Perbanyak puasa ( HR.Bukhari Muslim

Jodoh pasti bertemu meski tanpa janji yang terburu buru atau komunikasi dan interaksi yang tak perlu. Sungguh ketika hati benar-benar pasrah dan menaruh harap hanya pada Allah maka saat itulah Allah akan berikan kejutan.

Melalui buku ini, aku mendapat pemahaman baru mengenai Rasa-Cinta-Doa-Pasrah-Hijrah. 
 Akupun pernah mengalami fase di mana memilih hijrah dari pacaran, namun masih sering melakukan aktivitas yang menjurus ke arah sana dengan alasan "tetap menjalin komunikasi", ketika mampu terlepas akan hal tersebut, baralih pada cinta dalam diam. Diam-diam merindukan nya, diam-diam mendoakan nya hingga tanpa sadar menggeser posisi Allah dalam hati yang tentu lebih berhak atas yang lain. Sungguh berdosanya diri. Kini aku mencoba memantapkan langkah untuk mentamengi hati dari dia yang belum tentu berjodoh. Melepaskan hati dari segala rasa, hingga "pasrah dan jodoh" itu mengukir cerita. Jika memang berjodoh kepada dia yang pernah tersebut dalam doa sungguh hati dan rasa yang terjaga adalah hadiah terindah, namun jika tidak, maka hati tidak akan mersakan perih nya tercabik-cabik oleh harap dan mimpi yang terlanjur terlambung tinggi. 

Sen @SenyumSyukur
Claud(y)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi novel "Bidadari Untuk Dewa" @Asma Nadia

12 Pesan Untuk Mu di Tanggal 30