Kisah Lama

 Saat membuka kisah ini kembali. Seketika udara disekitar terasa menipis, menghilang. Membuatku harus meraup-raup yang tersisa agar bisa memenuhi paru-paru ku sesaat. Lihatlah! Bahkan udara pun seperti berkompromi untuk melihat ku lebih merasakan lagi apa itu "lara".
 Semua ini berawal dari seorang teman yang memintaku untuk berhenti. Berhenti dari tingkah ku yang selalu tersenyum, tertawa lepas bahkan untuk hal yang sama sekali tidak lucu.
 Namun untuk seseorang yang sedang larut. Hal yang benar tidaklah penting, yang dibutuhkan hanya sebuah pembenaran! Aku  benar, saat menyerah pada air mata ,kemudian lari pada tawa lepas. Itu lah pemebenaran yang aku yakini.

 Kepada mereka yang mengecewakan hati...

 Jika saat ini kau melihat ku tersenyum, tertawa lepas. Kemudian kau percaya pada hal visual yang coba ku pertontonkan, maka mari ku beritahu satu rahasia kecil.
" Jangan artikan semua senyum sebagai tanda sebuah kebahagian. Percayalah tidak semua senyum seperti itu! Karna senyum bisa saja lahir ditengah paksaan kemunafikan"

Untuk siapa saja yang pernah hadir lalu kemudian pergi...

 Dari dulu ada sebuah pertanyaan yang sampai saat ini masih ingin kutanyakan "Apa yang ada di benakmu sebelum memutuskan untuk memilih pergi? Dengan alasan klasik yang coba kau karang sebagai sebuah pembenaran."

 Kita memang tidak akan bisa bersama seutuhnya. Bahkan saat yang aku yakini cinta itu universal tanpa perlu syarat apapun. Tapi ketika kau telah mengangkat tangan untuk kemudian memilih pergi, pada titik itu lah aku tak tahu apa lagi yang bisa kuperjuangkan.

 Tapi bagaimana mungkin aku masih bertahan pada rasa ini?
Pada akhirnya saat aku tahu, aku bukanlah siapa-siapa. Hanya seseorang yang akan kau hubungi ketika rasa bosan mu melanda.
 Aku tak lebih dari sebuah halte tempat kau berhenti & berteduh saat hujan turun ditengah perjalanan mu. Dan saat mentari mulai menampakan sinar kembali. Maka telah tiba masanya untuk mu melanjutkan langkah.

 Tapi, bukankah setiap orang berhak untuk bahagia dan dihargai?
Mungkin kisah ini sudah lama berakhir atau sejatinya kisah ini tidak pernah sekalipun ada. Tapi kau tetap teman baikku.
Dan jangan tanya aku, apakah aku siap untuk jatuh hati lagi.



NB :
Terimakasih pada seorang teman yang merelekan waktu nya untuk duduk mendengarkan, dan memalingkan wajah hanya agar berpura-pura tidak melihat ketika aku menyerah pada air mata.

Trimakasih untuk malam- malam penghiburan yang kau sampaikan dengan lelucuan yang sejujur nya itu garing. Aku maklum karna kau memang bukan pembicara yang baik, tapi kau adalah pendengar terbaik buat ku.

Seperti kata mu, aku adalah perempuan baik, bagi ku kau pun sama. Laki-laki baik.
Walaupun post ini tentang dia, tapi sejatinya ini pelunasan hutang janji yang ku buat kalau akan membuat post tentang diri mu. Anggap saja bagi dua. Kau dan dia.
     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "Apa Kabar Rindu?" @Sen

Resensi novel "Bidadari Untuk Dewa" @Asma Nadia

12 Pesan Untuk Mu di Tanggal 30