Why should debate?
Mungkin banyak orang yang berpandangan bahwa “debat” adalah kegiatan yang sebaiknya tidak dilakukan karena hanya menambah perpecahan yang saat ini rentan terjadi di dalam masyarkat, ditambah lagi dengan alasan agama yang menyarankan untuk menghindari debat. Well, bagi diriku yang menjadikan debat sebagai passion, pandangan seperti ini sering kali dilontarkan oleh orang-orang sekitar, yang kemudian kerap kali hanya ku tanggapi dengan senyuman. Aku tidak memungkiri bahwa “debat” memang sesuatu yang seharusnya dihindari, karena banyak orang yang kemudian menjadi terpecah belah dikarenakan “debat” kusir yang sejatinya hanya mengedepankan ego dan keinginan untuk menang dalam argumen. Lalu pertanyaan nya, apa yang kemudian membedakan antara “debat” yang membawa dampak negatif dengan debat yang kini aku jadikan sebagai sebuah passion?.
Aku mengenal debat sejak duduk di bangku SMA, saat itu
aku sedang mencari kegiatan yang bisa menjadi pengalih pikiran dari rasa galau dikarenakan
patah hati yang sangat mendalam khas remaja labil pada umumnya. Finally, aku
mengenal kakak tingkat yang kemudian ‘memungut’ aku untuk turun sebuah
kompetisi debat. Akhirnya debat menjadi candu buat diriku sendiri hingga aku resmi
tergabung dalam komposisi team terbaik saat itu sampai tamat SMA. Dimasa
perkuliahan aku kembali ke bidang debat dengan motivasi “travelling sambil
berkompetisi”. Tergabung dalam sebuah komunitas di bawah naungan suatu organisasi
membuat aku bertemu dengan orang-orang yang luar biasa. Disini pemahaman ku tentang
debat benar-benar di rombak total.
Hal yang harus dipahami adalah, debat bukan hanya perihal
bagaimana kamu menang dan menjatuhkan lawan, debat tidak sepicik itu. Debat
sendiri adalah suatu seni, dimana seorang debater mampu memberikan penampilan yang
menghibur melalui battle of idea yang dilakukan di atas panggung. Maka akan
sangat keliru apabila kamu memahami debat hanya sebagai bentuk adu argumen
melalui dialektika tanpa isi. Seorang debater yang baik harus mampu menawarkan
sebuah mekanisme ataupun solusi terhadap isu-isu publik terkini, dan tentu saja
semua proposal yang diajukan debater harus berlandasakn teori dan bukti empiris,
tidak hanya bersifat opini maupun spekulatif biasa.
Melalui debat pola pikir ku didik untuk dapat melihat
suatu permasalahan dari berbagai bentuk paradigma, terbiasa untuk tidak langsung
menjustifikasi tanpa melakukan analisis secara medalam. Hal inilah yang saat
ini kurang dimiliki oleh masyarakat pada umumnya, masyarakat kerap kali tidak
mampu mem-filter setiap informasi yang di terima, sehingga kebanyakan
masyarakat kita sangat mudah di pecah belah dengan isu-isu yang nyatanya hoax
atau tidak berdasar.
Kekeliruan yang paling sering terjadi adalah ketika kebanyakan
orang beranggapan bahwa menjadi seorang debater hanya bermodalakan kepiawaian
dalam berbicara (re: cerewet). Nyatanya menjadi seorang debater tidak semudah
itu, kamu harus memiliki pengetahuan yang mendalam terhadap isu-isu aktual yang
kemudian dikombinasikan dengan teori serta data yang akurat. Hal terpenting
untuk diingat bahwa, menjadi seorang pembicara yang baik terlebih dahulu kamu
harus lulus menjadi pendengar yang luar biasa.
You must give
everything to make your life as beautiful as the dreams that dance in your
imagination. Setiap orang memiliki passion nya tersendiri, dan bagiku ku
public speaking (re: debat) adalah passion yang aku cintai. Aku sering mendapat
pertanyaan, apakah aku tidak lelah
mengikuti begitu banyak kegiatan dan ditambah dengan jadwal kuliah yang cukup
padat?. Bagi ku public speaking adalah sarana refreshing tersendiri dari
kejenuhan dalam menempuh studyku. I love it, aku cinta dunia ku dan juga sangat
enjoy menjalankannya. But, bohong ketika ku katakan aku tidak lelah dengan
segala kepadatan rutinitas yang aku jalani. Namun percayalah ketika kamu mengerjakan
sesuatu yang kamu cintai, rasa lelah dan capek itu akan dikalahkan dengan sensasi
dan euforia yang kamu rasakan.
Akhir kata, semoga tulisan ini dapat mewakili semua
pertanyaan yang sering kali dilontarkan
pada ku “why should debate?”.
Debat memberi ku banyak hal, mulai dari pengetahuan, relasi, seni berbicara,
hingga kebahagiaan. Nyatanya, gak perlu pacar untuk menghasilkan hormon endorfin,
berkutat dalam passion dan melakukan hal yang menyenangkan untuk aktualisasi
diri saja sudah sangat membuat aku berbahagia. Finally yang dapat kukatakan,
untuk jangan takut mengikuti hal yang kamu rasa passion dirimu. Selama itu
membuat kamu terus bertumbuh, dan yang terpenting membuat mu bahagia, tidak
peduli apa kata dunia. Maka kejarlah dengan segenap keberanian yang kamu punya.
Mencari passion adalah sebuah perjalanan yang akan terasa panjang dan
melelahkan. Passion bukanlah perjalanan menyenangkan dan bertabur bunga, tetapi
kamu akan melihat dunia secara berbebeda, lebih terang dan lebih mengasyikan
jika kamu berhasil menaklukan jalan ini. So, selamat mencoba menemukan cinta
(re:passion) dirimu :)
Pekanbaru
13/01/19
Claud(y)
Komentar
Posting Komentar